Monday, March 3, 2014

PeNerapan ProseduR Audit & PenyeLesaian Audit

Posted by Unknown at 7:48 AM


A.      PENERAPAN PROSEDUR AUDIT
I.         KAS
Kas terdiri dari uang tunai (uang logam dan uang kertas),  pos wesel, certified check, cashier’ check, cek pribadi dan bank draft, serta dana yang disimpan dibank yang pengambilannya tidak dibatasi oleh bank atau perjanjian yang lain. Kas yang dicantumkan dineraca terdiri dari 2 unsur, yaitu:
1.    Kas ditangan perusahaan, bisa berupa akun kas umum (pintu utama keluar masuknya uang perusahaan) ataupun dana kas kecil
2.    Kas di bank, yang berupa simpanan di bank berbentuk rekening giro
Akun Kas Umum. Dalam pengujian saldo audit akhir tahun pada akun kas umum, auditor harus mengakumulasi bukti yang cukup untuk mengevaluasi apakah saldo kas, seperti yang tercantum dalam neraca. Pengendalian internal tehadap saldo kas akhir tahun dalam akun umum dapat dibagi dalam dua ketegori yaitu (1) Pengendalian terhadap siklus transaksi yang mempengaruhi pencatatan pengeluaran dan penerimaan kas; dan (2) Rekonsiliasi bank independen.
Program pengujian substantif terhadap kas berisi prosedur audit yang dirancang sebagai berikut:
1.    Prosedur audit awal terhadap kas.
a.         Mengusut saldo kas tercantum di neraca
b.         Mereview terhadap mutasi luar biasa pada akun kas.
c.         Mengusut saldo awal akun kas (dibuku besar) ke kertas kerja tahun lalu.
d.        Mengusut posting pendebitan dan pengkreditan akun kas ke jurnal yang bersangkutan.
2.    Prosedur analitik atas kas.
a.          Perhitungan rasio-rasio keuangan yang berkaitan dengan kas.
b.         Rasio-rasio membantu auditor dalam mengungkap:
3.    Pengujian terhadap transaksi rinci atas kas.
a.         Melakukan verifikasi pisah batas (cut off) transaksi penerimaan dan pengeluaran kas.
b.        Membuat daftar transfer antar bank dalam periode sebelum dan sesudah tanggal neraca untuk menemukan kemungkinan terjadinya check kitting.
c.         Analisis terhadap rekonsiliasi bank 4 kolom.
d.        Memeriksa adanya kemungkinan penggelapan kas dengan cara lapping penerimaan dan pengeluaran kas.
4.    Pengujian terhadap saldo akun rinci atas kas.
a.          Titik berat pada pengujian keberadaan.
b.        Penghitungan fisik kas.
5.    Verifikasi Penyajian Kas di Neraca.
a.    Periksa jawaban konfirmasi dari bank mengenai batasan yang dikenakan terhadap pemakaian rekening tertentu klien di bank.
b.    Lakukan wawancara dengan manajemen mengenai batasan penggunaan kas klien.
Langkah-langkah melakukan rekonsiliasi bank adalah sebagai berikut:
1.    Membandingkan cek yang dibatalkan dengan catatan pengeluaran kas  menyangkut tanggal, payee atau pihak yang dibayar dan jumlahnya.
2.    Memeriksa cek yang dibatalkan menyangkut tanda tangan, endorsement, dan pembatalan.
3.    Membandingkan setoran di bank dengan penerimaan yang tercatat menyangkut tanggal, pelanggan, dan jumlah.
4.      Memeriksa urutan nomer cek dan menyelidiki cek yang hilang
5.    Merekonsiliasi semua item yang menyebabkan penilaian antaara nilai buku dan saldo bank serta memverifikasi kesesuaian dengan bisnis klien.
6.    Merekonsiliasi total debet dengan laporan bank sesuai dengan total catatan penerimaan kas.
7.    Merekonsiliasi total kredit pada laporan bank sesuai dengan total catatan penerimaan kas.
8.    Mereview transfer atas bank pada akhir bulan untuk melihat kesesuaian dan pencatatan yang tepat.
9.     Menindak lanjuti cek yang beredar dan pemberitahuan penghentian pembayaran.
Kas Kecil. Pengendalian internal yang paling penting untuk kas kecil adalah penggunaan dana imprest mejadi tanggung jawab dari seorang individu. Selain itu, dana kas kecil juga tidak boleh digabungkan dengan penerimaan lain; harus ada pembatasan dalam setiap pengeluaran dari kas kecil; jenis pengeluaran yang dapat dilakukan dari transaksi kas kecil juga harus di definisikan dengan baik oleh kebijakan perusahaan. Jika dilakukan pengeluaran dari kas kecil, pengendalian internal memadai memerlukan persetujuan pejabat berwenang menggunakan formulir kas kecil yang telah diberi nomor terlebih dahulu.  Ketika auditor menguji kas kecil, dua prosedur yang paling umum adalah menghitung saldo kas kecil dan melaksanakan pengujian mendetail terhadap salah satu dari kedua transaksi penggantian.

II.      PIUTANG
Piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang, atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun, atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan. Piutang umumnya disajikan di neraca dalam dua kelompok: (l) piutang usaha dan (2) piutang nonusaha. Piutang usaha adalah piutang yang timbul dari transaksi penjualan barang atau jasa dalam kegiatan normal perusahaan.. Piutang nonusaha timbul dari transaksi selain penjualan barang dan jasa kepada pihak luar, seperti misalnya piutang kepada karyawan, piutang penjualan saham, piutang klaim asuransi, piutang pengembalian pajak, piutang dividen dan bunga.
Menurut Sukrisno Agoes (2004:176) menyarankan prosedur auditing piutang adalah sebagai berikut:
1.    Pelajari dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan
2.    Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang pertanggal neraca
3.    Minta Aging Schedule dari piutang usaha pertanggal neraca yang antara lain menunjukkan nama pelanggan, saldo piutang, umur piutang dan kalau bisa subsequent collections-nya.
4.    Periksa mathematical accuracynya dan check individual balance ke subledger lalu totalnya ke general ledger
5.    Test check umur piutang dari beberapa pelanggan ke subledger piutang dan sales invoice
6.    Kirimkan konfirmasi piutang
7.    Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan.
8.    Periksa apakah ada wesel tagih yang ddskontokan untuk menegtahui kemungkinan adanya contingent liability
9.    Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan terlalu kecil
10.              Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih kurang 2 minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca.
11.              Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang yang dijadikan sebagai jaminan.
12.              Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/PSAK.
13.              Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.


III.   PERSEDIAAN (SA Seksi 331)
Persediaan merupakan unsur aktiva yang disimpan dengan tujuan untuk dijual dalam kegiatan bisnis yang normal atau barang-barang yang akan dikonsumsi dalam pengolahan produk yang akan  dijual. Pengamatan sediaan merupakan prosedur audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
a.    Pengamatan Terhadap Perhitungan Fisik Sediaan
Beberapa perusahaan telah mengembangkan metode pengendalian sediaan atau metode penentuan sediaan, termasuk sampling statistik yang sangat efektif dalam penentuan kuantitas fisik sediaan dan cukup dapat diandalkan sehingga pelaksanaan perhitungan fisik sediaan untuk setiap jenis sediaan menjadi tidak perlu. Dalam kondisi demikian, auditor harus memperoleh keyakinan bahwa prosedur atau metode yang digunakan oleh klien cukup dapat diandalkan untuk menghasilkan kuantitas yang sama dengan jika dilakukan melalui perhitungan fisik sediaan terhadap semua jenis sediaan setiap tahun. Auditor harus hadir untuk melakukan pengamatan terhadap perhitungan tersebut yang dipandang perlu dan memperoleh keyakinan bahwa prosedur penghitungan yang efektif telah digunakan. Jika metode sampling statistik digunakan oleh klien dalam perhitungan fisik sediaan, maka auditor harus memperoleh keyakinan bahwa rancangan pengambilan sampel telah mencukupi dan sah secara statistik, dan telah diterapkan secara benar, serta hasilnya masuk akal sesuai dengan kondisinya.
Jika dengan prosedur audit, auditor tidak memperoleh keyakinan bahwa sediaan berada di tangan klien, maka pengujian atas catatan akuntansi saja tidak akan cukup bagi auditor untuk memperoleh keyakinan tentang kuantitas sediaan; selalu diperlukan oleh auditor untuk melakukan, atau mengamati, beberapa perhitungan fisik sediaan dan menerapkan pengujian memadai atas transaski yang terkait. Hal ini harus digabung dengan inspeksi atas catatan perhitungan fisik yang diselenggarakan oleh klien dan prosedur yang berkaitan dengan fisik sediaan yang mendasari saldo sediaan yang dicantumkan dalam neraca.
Auditor dapat diminta untuk mengaudit laporan keuangan periode berjalan dan satu atau lebih periode yang ia tidak mengamati atau melakukan beberapa penghitungan fisik sediaan periode sebelumnya. Namun, ia dapat memeproleh keyakinan atas sediaan periode sebelumnya melalui prosedur audit semestinya, seperti pengujian atas transaksi sebelumnya, review atas catatan penghitungan fisik sebelumnya, dan penerapan pengujian laba bruto (gross profit test), asalkan ia dapat memperoleh keyakinan atas sediaan periode berjalan
b.   Sediaan yang Berada di Gudang Umum
Jika sediaan berada di tangan gudang umum atau disimpan di tangan pihak lain, auditor biasanya akan memperoleh konfirmasi langsung secara tertulis dari pengelola tempat penyimpanan tersebut. Jika sediaan tersebut merupakan jumlah yang signifikan dalam aktiva lancar atau total aktiva, maka untuk memperoleh keyakinan memadai atas keberadaannya, auditor harus menerapkan satu atau lebih prosedur berikut ini, jika dipandang perlu sesuai dengan kondisi yang dihadapinya.
a. Menguji prosedur yang digunakan oleh pemilik barang untuk menyelidiki operator gudang dan penilaian kinerja operator gudang.
b. Memperoleh laporan auditor independen atas prosedur pengawasan yang digunakan oleh operator gudang yang berhubungan dengan penyimpanan barang dan, jika dimungkinkan, atas tanda terima gudang yang digadaikan oleh klien sebagai jaminan penarikan utang, atau menerapkan prosedur alternatif di gudang untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa informasi yang diterima dari operator gudang dapat diandalkan.
c. Melakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik barang, jika dapat dilaksanakan dan beralasan.
d.    Jika tanda terima barang gudang telah digadaikan oleh klien sebagai jaminan utang, maka auditor perlu mendapatkan konfirmasi dari kreditur yang bersangkutan mengenai tanda terima gudang yang digadaikan tersebut (dalam bentuk pengujian, jika dimungkinkan).

IV.   ASET TETAP
Aktiva tetap adalah Aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Program pengujian substantif terhadap aktiva tetap berisi prosedur audit yang dirancang untuk mencapai tujuan audit yang terdiri dari:
1.        Prosedur audit awal
Lakukan prosedur audit awal atas saldo akun aktiva tetap yang akan di uji lebih lanjut :
1.        Usut saldo aktiva tetap yang tecantum di dalam neraca ke saldo akun aktiva tetap dan akumulasi depresiasi bersangkutan di buku besar.
2.        Hitung kembali saldo aktiva tetap dan akumulasi depresiasi di buku besar.
3.        Usut saldo akun aktiva tetap dan akumulasi depresiasi ke kertas kerja tahun lalu.
4.        Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam aktiva tetap serta hitung akumulasi penyusutan aktiva tetap tersebut.
5.        Usut posting pendebetan dan pengkreditan ke dalam jurnal yang bersangkutan.
6.        Lakukan rekonsiliasi akun kontrol terhadap aktiva tetap dalam buku besar ke buku pembantu aktiva tetap.
2.        Prosedur analitik
Ratio yang sering dipergunakan dalam prosedur analitik terhadap aktiva tetap antara lain:
a.       Tingkat perputaran aktiva tetap = hasil penjualan bersih : rata-rata saldo aktiva tetap
b.      Ratio Laba bersih dengan aktiva tetap = hasil penjualan bersih : rata-rata saldo aktiva tetap
c.       Ratio Aktiva tetap dengan modal saham = aktiva tetap : modal saham
d.      Ratio biaya reparasi dan pemeliharaan dengan aktiva tetap = biaya reparasi dan pemeliharaan : hasil penjualan bersih.
3.        Prosedur pengujian terhadap transaksi rinci.
a.       Periksa tambahan aktiva tetap ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut.
b.      Periksa berkurangnya aktiva tetap ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut.
c.       Lakukan pemeriksaan pisah batas (cut off) transaksi aktiva tetap
d.      Lakukan review terhadap akun biasa maintenance maupun biaya reparasi.
4.         Prosedur pengujian terhadap saldo akun rinci.
a.       Lakukan inspeksi terhadap tambahan aktiva tetap dalam tahun yang diaudit.
b.      Periksa dokumen kontrak dan dokumen hak kepemilikan klien atas aktiva tetap.
c.       Lakukan review terhadap perhitungan depresiasi dan deplesi aktiva tetap.
5.             Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan
1.         Periksa klasifikasi aktiva tetap di neraca
2.         Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan aktiva tetap.

V.      INVESTASI (SA Seksi 332)
Aktivitas investasi adalah pembelian dan penjualan tanah, bangunan, peralatan serta aktiva lain yang umunya tidak ditahan untuk dijual kembali. Auditor harus mengetahui dengan pasti apakah kebijakan akuntansi yang diadopsi oleh entitas untuk investasi telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
a.       Investasi Yang Dipertanggungjawabkan Dengan Menggunakan Metode Ekuitas

Auditor harus memperoleh keyakinan mengenai ketetapan metode akuntansi yang dipakai untuk investasi dalam saham biasa pada penerima modal. Auditor harus menilai infomasi yang diterima berdasarkan fakta lain yang diperolehnya selama audit.
jika pemodal memperlakukan investasi kepada penerima modal yang tidak sesuai dengan asumsi yang berlaku dalam prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, auditor harus memperoleh bukti audit komponen yang memadai mengenai apakah asumsi yang dipakai lebih baik daripada asumsi yang dianjurkan dan apakah terdapat pengungkapan yang memadai mengenai alasan untuk tidak memperlakukan investasi sesuai dengan asumsi yang telah dianjurkan.

b.      Penilaian Dan Penyajian
Auditor harus mendapatkan bukti mengenai kos investasi jika entitas mencatat investasinya pada biaya pemerolehan (cost) atau biaya pemerolehan amortisasian (amortized cost) atau diwajibkan membuat pengungkapan khusus mengenai basis kos investasi yang dicatat pada nilai wajar serta laba dan rugi yang direalisasikan dan belum direalisasikan. Jika investasi dicatat pada nilai wajar atau jika nilai wajar diungkapkan untuk investasi yang dicatat selain pada nilai wajar, auditor harus memperoleh bukti yang menguatkan nilai wajar tersebut.
Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mewajibkan manajemen untuk menentukan apakah penurunan pada nilai wajar di bawah basis harga perolehan yang diamortisasi dari investasi tertentu tidak lebih merupakan kondisi sementara. Auditor harus menilai apakah manajemen telah mempertimbangkan informasi yang relevan dalam menentukan apakah kondisi penurunan nilai sementara telah terjadi.
Auditor harus menilai kesimpulan manajemen mengenai keberadaan dari kondisi penurunan nilai sementara. Dalam menilai kesimpulan manajemen, auditor harus memperoleh keyakinan mengenai kondisi seperti yang tertera pada paragrap diatas, yang cenderung untuk menguatkan atau melemahkan kesimpulan tersebut.

B.       PENYELESAIAN AUDIT
Dalam menyelesaikan pekerjaan lapangan, auditor melakukan prosedur-prosedur audit tertentu guna memperoleh bukti tambahan. Prosedur-prosedur tersebut meliputi:
  1. Melakukan review peristiwa-peristiwa kemudian (SA 560)
  2. Membaca notulen-notulen rapat
  3. Mendapatkan bukti tentang tuntutan hukum, klaim, dan keputusan pengadilan
  4. Mendapatkan surat pernyataan dari klien
  5. Melakukan prosedur analitis
Evaluasi temuan audit. Tujuan evaluasi ini adalah menetapkan jenis pendapat yang akan diberikan dan menentukan apakah standar auditing telah dipenuhi dalam audit. Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, auditor melakukan langkah-langkah berikut:
  1. Membuat penetapan akhir tentang materialitas dan risiko audit
  2. Mengevaluasi apakah terdapat keraguan substansial tentang kemampuan perusahaan untuk melangsungkan usahanya
  3. Melakukan review teknis atas laporan keuangan
  4. Merumuskan pendapat dan membuat konsep laporan auditor
  5. Melakakn review akhir terhadap kertas kerja

0 comments:

Post a Comment

 

-dee ZoNa- Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review